KEMBALILAH KAWAN

 

“Nadinnn… bangun nak! matahari sudah muncul kamu harus sekolah.”teriak bunda Siska yang tak lain adalah bundanya.
Nadinear Wiratama : sederhana dan tidak membosankan untuk dilihat, yang saat ini tampak lusuh terbangun oleh datangnya pagi.
Pagi yang cerah di hari Senin dihiasi oleh wajah-wajah berbinar murid SMA Bakti Indonesia yang sudah  minggu tidak masuk sekolah karena libur akhir semester pelajaran.
“Din, udah ngerjain PR Sastra ?” tanya Tina teman sebangkunya. “Udah lah, nih mau liat ?” balasnya cuek. “Engga, aku udah kok” jawab Tina. Nadin duduk di meja barisan tengah yang tak terlalu jauh dari depan kelas. Tiba-tiba HPnya berdering.
PS :      Selamat pagi Nadin.
Have a nice day
Sampai bertemu yaa:

*******

Mungkin, dari sekian hari yang dilalui, sang kekasih tak pernah luput dari hari-harinya. Dia Faghan Biryawan akrab dipanggil Faghan. Mereka berhubungan baik sejak dibangku Sekolah Menengah Pertama. Mungkin tak pernah terbayangkan oleh Nadin, Faghan yang selalu menjadi bulan-bulanannya bertengkar menjadi orang yang sangat dekat dengan dia. Sempat terputus hubungan mereka selepas SMP namun tanpa disengaja mereka kembali bersekolah di tempat yang sama.
Tet… Tet… Tet…Bel tanda pulang sekolah berbunyi. “Hay cewe.” Sapa Faghan dengan senyum mengembang di pipinya. “Apa cowo genit, lama banget deh aku nunggu kamu sampai berjamur disini! “gerutu Nadin .” maaf ya cantik, tadi aku ke ruang guru dulu menyerahkan tugas.” Jawab Faghan berusaha membenarkan ekspresi wajah Nadin yang ditekuk. Rintik hujan perlahan turun, Faghan segera mempercepat laju motor yang dikendarainya.

*******

Tepat jam 7 malam. “Kok, Tami pinjam tas untuk karya wisata esok lusa boleh ?” tanya Tami adik Nadin.” Boleh adikku yang bawel, di lemari tuh ambil saja! “jawab Nadin sambil menunjukkan arah lemari yang dimaksud keluarga Wiratama adalah keluarga kecil karena Nadin hanya mempunyai satu adik. Kedua orang tuanya sangatlah sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Namun tak heran untuk Nadin karena dia sudah terbiasa seperti itu sejak kecil.
Keseharian Nadin hanya untuk sekolah. Orang tua yang terlalu sibuk memaksanya untuk hidup mandiri. Faghan lah yang selalu setia menemaninya. Walau tak sedikitpun orang tua Nadin mengetahui tentang hubungannya dengan Faghan.

*******

“Hey Din! Bengong aja. Kesambet jin putih baru tau rasa kamu!” goda Tina ketika melihat sahabatnya sedang duduk termenung. “yee apaan sih kamu, aku lagi memikirkan ulangan kita kemarin tau, gimana ya hasilnya? “jawab Nadin mengalihkan pembicaraan. “Oh iya sampai lupa aku, kemarin kan kita habis ulangan” serguh Tina. “kita berdoa sajalah Tin semoga terjadi keajaiban dengan hasil ulangan kita, hehe.” canda Nadin.

*******

Malam itu, tak biasanya Faghan datang untuk menemui Nadin dirumahnya. Mereka bersenda gurau di depan rumah Nadin. Sampai tak terasa hari sudah larut malam. Dan Faghan pun berpamitan dengan kedua orang tua Nadin untuk izin pulang. Nadin mengantarkannya sampai depan rumah. Disela-sela jalanpun mereka bergurau.” Faghan jelek, siapa sih yang suruh kamu pulang ?”tanya Nadin. “Biarin aja dong, kan yang penting aku udah sempat kesini mengunjungi Nadin yang jelek ini! jawab Faghan. Entah hanya sekedar canda atau omongan serius, perkataan itu keluar dari mulut Faghan dan Nadinpun tak memikirkannya. Dianggapnya hanya angin berlalu.
Bulan demi bulan berlalu begitu cepat. Tak tersa hari-hari menuju masa penentuan datang. Menjalani berbagai macam ujian untuk mendapatkan Ijazah tanda lulus dari SMA Bakti Indonesia. Entah sudah berapa minggu Nadin tak menjumpai Faghan disekolah. Mereka hanya saling bertanya kabar melalui telpon gengam masing-masing. Walaupun mereka satu sekolah. Namun tak heran bagi Nadin jika ia tak bertemu bahkan menjumpai laki-laki yang selalu menemaninya.

*******

Suatu pagi di gedung aula SMA Bakti Indonesia. Acara demi acarapun berlangsung. Berjam-jam acara berlalu sampailah pada acara puncak yaitu penyematan tanda pelepasan siswa sekaligus jabatan tangan perpisahan dengan Guru-Guru dan Teman-Teman. “Din, ga terasa yah…kita udah lulus dah ga pake seragam putih abu-abu lagi”. Ucap Tina. “Iya Tin makasih ya udah jadi sahabat terbaikku selama ini.” Jawab Tina. Dan sampai acara selesai Nadin pun tak melihat sosok Faghan.
Sedih, bingung, dan tak tahu harus bagaimana menghadapi hilangnya Faghan dari tatapannya akhir-akhir ini. “Faghan kamu dimana?” Tanya Nadin dalam hati. Tersadar akan  ucapan Faghan malam itu. Nadin terdiam menagis dalam kamarnya ketika mendapati surat yang ada dikamarnya dan ternyata itu dari Faghan kekasihnya. Nadin menangis ketika menggetahui kabar dari surat itu. Surat yang ditulis oleh Faghan sebelum ia meninggalkan Nadin. Faghan pergi untuk mengobati sakit yang ada ditubuhnya. Ia pergi tanpa sepenggetahuan Nadin karena ia tidak mau melihat wanita kesayangannya mengis didepan matanya. Nadin hanya menyesali dirinya sendiri mengapa ia tidak pernah peduli, selama ini  lelaki yang seallu menemaninya menahan sakit ditubuhnya . Nadin hanya berharap Faghan kembali ataupun jika tidak bisa diizinkan Nadin untuk menemui Faghan sebelum Faghan pergi selama-lamanya.

Created : Reny Eka Hadiyanti